• Dari berbagai peran publik yang dilakukan oleh para istri Nabi saw, Khadijah adalah salah satu yang memiliki peran yang luar biasa sebagai pendukung dakwah Nabi saw. Sejak permulaan ketika Rasul saw baru menerima wahyu Allah swt melalui Jibril,
  • Sejarah membuktikan bahwa gambaran sikap Nabi saw yang sangat menjunjung tinggi hak dan martabat kaum perempuan bukanlah sesuatu yang berada pada tataran konseptual melainkan juga terbukti pada tataran praktis. Nabi saw mendukung istri-istrinya untuk berperan dalam sektor publik. Khadijah adalah konglomerat yang sukses dalam usaha ekspor-impor, Shafiyah menekuni dunia rias pengantin, Zainab binti Jahsy terjun dalam proses penyamakan kulit binatang, dan Aisyah adalah politisi.
  • Bagi umat muslim sedunia, kami mengucapkan selamat tahun baru Hijriah

Sunday 29 May 2011

Ummul Mukminin yang Feminis

Sejarah membuktikan bahwa gambaran sikap Nabi saw yang sangat menjunjung tinggi hak dan martabat kaum perempuan bukanlah sesuatu yang berada pada tataran konseptual melainkan juga terbukti pada tataran praktis. Nabi saw mendukung istri-istrinya untuk berperan dalam sektor publik. Khadijah adalah konglomerat yang sukses dalam usaha ekspor-impor, Shafiyah menekuni dunia rias pengantin, Zainab binti Jahsy terjun dalam proses penyamakan kulit binatang, dan Aisyah adalah politisi.

Dari berbagai peran publik yang dilakukan oleh para istri Nabi saw, Khadijah adalah salah satu yang memiliki peran yang luar biasa sebagai pendukung dakwah Nabi saw. Sejak permulaan ketika Rasul saw baru menerima wahyu Allah swt melalui Jibril, pada saat itulah Khadijah tampil sebagai penyejuk jiwa yang membuat suaminya menjadi tenang. Khadijah juga perempuan pertama yang yakin dan juga meyakinkan bahwa suaminya adalah laki-laki pilihan Allah swt untuk menyebarkan risalahNya di muka bumi. Kesaksian Khadijah tersebut bukan hanya membuat Nabi saw merasa tentram tetapi juga menumbuhkan semangat yang tinggi untuk segera melakukan dakwah dan mengubah keadaan masyarakat Arab yang sedang mengalami kemerosotan moral dan spiritual.

Tentu, keberhasilan Khadijah mengawal perjalanan dakwah Rasul saw bukan hanya karena ia adalah seorang konglomerat yang mampu membeli segala sesuatu, melainkan juga karena ia adalah seorang perempuan yang mampu menempatkan diri, membaca situasi, dan memanfaatkan celah-celah ruang sosial untuk diisi dengan sesuatu yang baru mampu meyakinkan lingkungannya agar mengikuti seruan baru. Meskipun dalam beberapa hal Khadijah masih gagal membantu Rasul saw membentuk tatanan sosial yang lebih bermartabat, maka hal itu lebih tepat dianggap sebagai sikap maklum betapa sulitnya untuk memposisikan diri berhadapan dengan kultur patriarki yang sangat kuat.

Dengan demikian, jika feminisme lebih tepat dimaknai sebagai sebuah gerakan politik tentang kesadaran diri dimana perempuan dengan mengatasnamakan seksualitasnya benar-benar mengetahui kebutuhannya yang berbeda dengan apa yang dipikirkan laki-laki, maka sangat mungkin bahwa Khadijah juga adalah seorang feminis. Entah ia termasuk dalam kategori feminis gelombang pertama, kedua, atau ketiga, tetapi yang lebih penting adalah bahwa Khadijah selalu tampil sebagai sosok yang berjuang di garis depan untuk melakukan perubahan.

Bertitik tolak dari peran Khadijah, sebagaimana yang dipaparkan di dalam buku ini, perlu juga disadari bahwa pergulatan Islam dan Feminisme akan bertumpu pada tiga asumsi penting. Pertama, gerakan perempuan Islam yang berorientasi pada kelaziman memporak-porandakan teks sebagai basis persoalan keperempuanan akan selalu bersinggungan dengan problem krusial dan konkret di kehidupan masyarakat. Artinya, penafsiran terhadap teks yang selama ini dianggap sebagai akar persoalan diskriminasi dan ketidakadilan bagi perempuan perlu didialogkan dengan realitas kehidupan perempuan itu sendiri. Dan inilah yang sejak semula dilakukan pula oleh Khadijah.

Kedua, gerakan analis tekstual juga perlu diimbangi dengan gerakan politik, bukan semata-mata untuk memperbanyak kuantitas perempuan agar bisa duduk di kursi parlemen dan pemerintahan, tetapi yang lebih penting adalah menyuarakan persoalan perempuan ke hadapan publik. Inilah yang populer disebut sebagai upaya merebut representasi. Ketiga, perlunya memperjelas arah perjuangan gerakan perempuan, yaitu di saat ia berhadapan dengan teks keagamaan, laki-laki, patriarki, kapitalisme, dan sebagainya. Arah perjuangan ini memang harus dilakukan dengan hati-hati karena ia mudah terjebak pada upaya memperkokoh diri sendiri dan menganggap bahwa “yang berbeda” adalah musuh yang harus dibasmi.

Satu hal yang menarik dari buku ini adalah adanya pertalian realitas antara sudut pandang feminisme dengan realitas historis Khadijah yang memiliki peran signifikan dalam melakukan formulasi kehidupan sosial keagamaan yang ramah dan anti kekerasan di tengah-tengah komunitas yang begitu kuat cengkeraman patriarkinya. Sulit dibayangkan bagaimana Khadijah mampu melakukan transformasi nilai-nilai keislaman sebagai counter bagi tatanan masyarakat mapan yang tidak ada penghargaan humanistik bagi perempuan.

Dan dengan sedikitnya buku-buku yang mengupas secara khusus dan mendalam mengenai kehidupan Khadijah baik sebagai makhluk personal maupun sosial, maka hadirnya buku ini akan menjadi salah satu rujukan penting dan menjadi bagian dari maraknya karya-karya historiografi yang ada. (us)

1 comments:

Unknown said...

If you're trying hard to lose kilograms then you absolutely have to start following this totally brand new custom keto plan.

To produce this service, certified nutritionists, personal trainers, and chefs joined together to develop keto meal plans that are powerful, decent, cost-efficient, and satisfying.

Since their grand opening in early 2019, hundreds of individuals have already transformed their figure and well-being with the benefits a professional keto plan can offer.

Speaking of benefits; clicking this link, you'll discover eight scientifically-certified ones given by the keto plan.

Post a Comment

Twitter Facebook Favorites More

 
art: netdohoa | Support for this Theme dohoavietnam